Selasa, 25 Juni 2013

LELAKI GILA, ALKITAB DAN LADY GAGA

ini adalah salah satu karya dosen  saya yang hebat, yang tentunya dapat menginspirasi banyak orang yaitu bapak  DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd

tulisan ini adalah salah satu tulisannya yang hebat..
silahkan dibaca dan di renungkan. :)



LELAKI GILA, ALKITAB DAN LADY GAGA
 
Lelaki ini ganteng, sorot mata tajam dan selalu melihat kejauhan, menatap langit dalam rentang panjang dan terus berkomat-kamit. Di tangan kirinya ada Alkitab dan di tangan kanan sebuah pensil. Terkadang, ia baca ayat-ayat dari Alkitab itu dengan suara yang mantap, intonasi yang terukur, dan bacaan yang akurat, tetapi lebih sering ia membaca tanpa suara dan manggut-manggut.

Suatu kali, di pagi yang sangat cerah, aku pernah mendengar ucapannya yang jelas dan mantab, ” Jesus datang ke dunia dengan cinta, dan disalib karena cinta. Cinta Tuhan tak terbatas, melebihi langit dan samudra. Tuhan adalah cinta”. Ini yang menyebabkan aku pada mulanya tak percaya saat orang-orang menyebut lelaki itu gila. Tadinya kukira ia hanya kurang mengurusi dirinya, sehingga tampak agak lusuh dan sedikit bau asem.

Duduk dan tidur di kaki lima pertokoan, lelaki ini terus membaca Alkitab dan membuat catatan di buku tulis yang lusuh. Tulisannya rapi dan indah. Entah apa yang dituliskannya. Membaca satu dua ayat, kemudian dia menulis, membalik-balik halaman, membaca beberapa ayat lagi, dan kembali menulis. Terkadang tampak ia terdiam setelah membaca sejumlah ayat. Matanya melihat kejauhan, entah apa yang dilihatnya, biasanya dalam waktu lama, bahkan sangat lama. Mungkin ia melihat fikirannya sendiri yang melayang-layang dalam angan tak terbatas.
Ia tak pernah berbincang dengan siapa pun. Mungkin ia merasa tidak perlu berbicara dengan sesama manusia. Setiap hari ia sibuk berbincang dengan dirinya sendiri, dan dengan Tuhan. Mungkin ia sungguh merasa ia sedang bermuka-muka dengan Tuhan. Oleh sebab itu ia dicap gila.
Ada kalanya ia menangis sambil membaca ayat-ayat tertentu, kemudian berdoa dengan suara yang gemetar. Dalam doanya, ia minta Tuhan jangan meninggalkannya, ia sangat takut pada iblis yang bersemayam dalam dirinya. Sepotong doanya yang pernah kudengar adalah, ” Bapa, bakar iblis dalam hatiku.” Aku sungguh terpana, tak terasa aku menitikkan air mata. Betapa tidak, lelaki ini gila, tapi doanya sangat luar biasa. Dalam kegilaannya, ia menyadari ada iblis dalam hatinya, dan ia minta Tuhan membakarnya.

Sungguh, aku tidak mengerti. Apakah ungkapan yang dahsyat dan mendalam itu merupakan sisa kewarasan atau justru esensi kegilaannya. Manusia sejati sepenuhnya menyadari bahwa iblis bisa dan biasa menggelincirkannya. Bukankah Adam, manusia yang pernah berbincang dengan Tuhan digelincirkan oleh iblis? Sejatinya, manusia butuh Tuhan untuk melawan iblis, karena manusia sering kalah melawan iblis. Lelaki gila ini menyadari keberadaan iblis dalam hatinya. Ya Tuhan, ini sangat luar biasa. Sebab banyak orang yang merasa dirinya waras, jarang menyadari fakta ini, bahwa ada iblis bersemayam di dalam hati. Dan yang sungguh ‘gila’, lelaki gila ini memohon Tuhan menolongnya. Doa yang diucapkan lelaki gila ini menegaskan dua hal sekaligus yaitu keterbatasan manusia, dan ketergantungan manusia pada Tuhan. Puji Tuhan, ungkapan ini muncrat dari mulut lelaki gila.

Pada batas ini, menjadi sulit membuat demarkasi atau garis batas antara kegilaan dan kewarasan. Bukanlah keanehan dalam situasi ini ditemukan fenomena kegilaan yang waras dan kewarasan yang gila. Ada kewarasan dalam kegilaan, dan ada kegilaan dalam kewarasan. Seringkali kita saksikan orang yang masuk dalam kategori waras, melakukan kegilaan. Seorang pejabat yang menilep dana bantuan sosial atau dana pencetakan kitab suci, bukankah bentuk kegilaan yang keterlaluan yang dilakukan oleh orang yang dinyatakan waras?
Kegilaan memang bisa bermakna anomali, saat manusia melanggar norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang normal dan umum. Tetapi gila juga bisa bermakna kontroversi yaitu sulit difahami dan mengandung banyak pertentangan. Dalam konteks ini, rasanya pas banget untuk membincangkan Lady Gaga, ibu para monster.

Lady Gaga yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germatotta adalah kontroversi, sejumlah orang menyebutnya gila. Bagi Lady Gaga bernyanyi bukanlah sekedar hiburan, tetapi merupakan pengejawantahan visi yang bersifat ideologis. Ada pesan, pendirian, sikap dan perlawanan didalamnya. Karena itu ia tidak peduli apapun pendapat orang tentang dirinya.
Lady Gaga dinyatakan sebagai anti Kristus dan juru bicara utama gerakan iluminatif. Lagu, gaya, cara berpakaian, video klip, dan seluruh tampilannya di atas dan di luar panggung seakan menegaskan itu. Lihatlah baju yang dia kenakan ketika manggung dan dalam sejumlah video klip. Ia sangat suka menggunakan baju yang berhiaskan salib terbalik, dan tanda salib selalu berada tepat di kemaluannya. Salib terbalik adalah lambang anti Kristus dan pengikut iblis.
Semangat anti Kristus itu sangat kental terlihat dalam lagunya yang berjudul Judas. Lady Gaga melihat dirinya seperti Maria Magdalena yang selalu membersihkan kaki Yesus dengan rambutnya. Lady Gaga mau tunjukkan ia percaya dan bersedia menjadi pelayan Yesus sebagaimana halnya Maria Magdalena. Tetapi bersamaan dengan itu Lady Gaga sangat mencintai Judas. Situasi ini sungguh sangat menarik. Yesus adalah lambang kesucian, kebenaran, spiritualitas. Yesus adalah raja yang menaklukkan hati manusia dengan cinta. Yesus mengorbankan dirinya untuk membebaskan manusia dari dosa dan iblis. Sedangkan Judas adalah simbol kejahatan, pengkhianatan, dan duniawi. Judas selalu berfikir tentang kerajaan dunia, kekuasaan dan penaklukan sebagaimana raja-raja sebelumnya. Judas tampaknya tidak puas jika Yesus hanya menjadi raja tanpa mahkota, raja bagi hati manusia. Barangkali itulah akar pengkhianatannya. Judas memang berparadigma penguasa dunia yang seringkali mati rasa.
Lady Gaga memilih posisi yang kontroversial, mengagumi dan percaya pada Yesus sekaligus mencintai Judas. Sebenarnya, Lady Gaga bukan sedang berbicara tentang dirinya saja. Ia mau bilang inilah kenyataan banyak manusia dalam semua agama. Bukankah tidak sedikit dari kita yang secara verbal mengaku beriman dan rajin melaksanakan ritual keagamaan, tetapi paradigma berfikir dan perilaku kesehariannya bertentangan dengan esensi iman yang sesungguhnya? Ada orang yang hafal Al Quran, Profesor Doktor ilmu agama lulusan tanah suci, tetapi menjadi narapidana kasus korupsi. Ada pula yang berpendidikan pesantren sejak kecil, melanjutkan studi ke tanah suci, menjadi presiden partai berlandaskan agama, sekarang jadi tersangka kasus korupsi, masih ditambah lagi dugaan kejahatan kelamin. Ini hanyalah contoh kecil apa yang ditunjukkan si Lady Gaga yang sering disebut gila itu.
Lelaki gila dan Lady Gaga menggugah kesadaran kita bahwa,
TIDAK PERNAH MUDAH MENJADI MANUSIA, APALAGI MANUSIA BERIMAN,
 sumber:

Sabtu, 27 April 2013

SAUDARA?

Saudara, mungkin jika kita mendengar kata ini hal yang pertama kita bayangkan adalah AKRAB, INTIM, SALING MENGERTI, PEDULI, SAYANG, dan banyak lagi hal-hal yang positif. 
Bahkan, tanpa adanya hubungan darahpun, jika kita merasa sangat dekat orang itu mungkin kita aka mengatakan "aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri". 

Karena hal tersebutlah banyak orang yang merantau ataupun sebatang kara merasakan dirinya HAMPA bila tanpa SAUDARA. Ya, itu adalah perasaan yang wajar dirasakan orang yang sebatang kara.


TAPI....

Bagaimana halnya dengan orang yang punya banyak "SAUDARA" yang SENANG BILA SAUDARANYA SENANG, tapi GA PEDULI saat SAUDARANYA SUSAH. Apa orang itu masih pantas disebut sebgai SAUDARA?

emang ada orang kaya gitu?

ADA..
BAHKAN BANYAK.

orang-orang egois yang hanya menjadikan kata SAUDARA sebagai kata yang hampa dan tidak memiliki arti apa-apa.

mungkin disaat kita berada dalam posisi itu kita akan mengatakan bahwa orang yang hidup sebatang kara LEBIH BERUNTUNG hidupnya dari pada kita.

kenapa?

karena, jika ia mempunyai masalah dan bingung cerita ke siapa ia sudah terbiasa. karena memang ia hanya seorang diri, malah bisa jadi ia merasa bahwa hal itu "wajar". sedangkan jika orang yang mempunyai banyak "SAUDARA"  mungkin mereka akan merasakan hal yang SANGAAT AMAT MENYAKITKAN.

dan, yang lebih parahnya lagi..

jika sang SAUDARA tersebut mengatakan ke orang jika dia tidak mengenal anda sama sekali.

bagaimana perasaan anda?

apakah orang tersebut masih pantas dianggap sebagai SAUDARA?

kira-kira, apa yang anda lakukan jika anda berada pada posisi tersebut?


ya, walaupun sakit rasanya, tapi setidaknya kita dapat mengetahui kepribadian dan sifat orang tersebut.
berdoalah agar kiranya Tuhan membukaan hatinya dan ia berubah da menjadi Manusia Baru.

JADI, INTINYA...

dalam segala perkara. Tuhan punya rencana yang pastinya akan Indah pada waktunya..
:')

GBU..


Minggu, 21 April 2013

Demografi, Kependudukan, dan Kajiannya



I.              Pengertian Demografi
Demografi secara etimology (kebahasaan) berasal bahasa Latien, kata ‘demograhie’ terdiri dari dua kata yaitu  demos dan graphien, demos artinya penduduk dan graphien berarti  catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimology  makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu.
Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang fertilitas, mortalitas, dan natalitas. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, dan karakter demografis lainnya, serta bagaimana faktor-faktor ini berubah dari waktu ke waktu (Haupt, dan Kane, 1991).[1]
Ada juga yang berpendapat bahwa demografi adalah studi tentang interaksi tingkat perkembangan dari 3 komponen (kelahiran, kematian dan migrasi) dan studi tentang dampak dari perubahan komposisi dan perkembangan dari penduduk (Hawthorn, 1970). Demografi juga merupakan ilmu statistik dan matematika yang mempelajari ukuran, komposisi dan persebaran penduduk serta perubahannya pada suatu kurun waktu melalui proses fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi serta perubahan penduduk (Boque: 1969).
Berikut ini pengertian demografi menurut beberapa ahli:[2]
-          Menurut Multilingual Demographic Dictionary, demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).


-          Menurut Philip M Hauser dan Duddley Duncan (1959), demografi mempelajari jumlah, persebaran, territorial, dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu yang biasanya timbul dari natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).
Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah persebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah karena disebabkan oleh proses demografi yakni kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga adanya migrasi penduduk.

II.           Pengertian Kependudukan
Kependudukan  adalah  hal  ihwal  yang  berkaitan  dengan  jumlah,  struktur, umur,  jenis  kelamin,  agama,  kelahiran,  perkawinan,  kehamilan,  kematian, persebaran, mobilitas  dan  kualitas  serta  ketahanannya  yang  menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.[3]
Pakar kependudukan memberikan definisi kependudukan antara lain Ananta (1993:22) yaitu: Kependudukan, studi kependudukan  mempelajari variabel-variabel demografi, juga memperhatikan hubungan (asosiasi) antara perubahan penduduk dengan berbagai variabel sosial, ekonomi, politik, biologi, genetika, geografi, lingkungan dan lain sebagainya.
Definisi kependudukan menurut Ananta tersebut menunjukkan setidaknya terdapat dua variabel yang terkait dengan kependudukan yaitu yang pertama, variabel demografi yaitu  mortalitas (mortality), fertilitas (fertility) dan migrasi (migration) yang saling mempengaruhi terhadap jumlah,  komposisi, persebaran penduduk. Yang kedua, variabel non demografi yang dimaksud misalnya pendidikan, pendapatan penduduk, pekerjaan, kesehatan, dan lain-lain.
Jadi, kependudukan sebagai studi (Population studies) memberikan informasi yang lebih komperhensif  mengenai sebab-akibat dan solusi pemecahan masalah dari munculnya fenomena demografi.
Kependudukan sebagai sebuah multidisiplin  ilmu (studies) yang memfokuskan pada berbagai persoalan kehidupan manusia menunjukkan space kependudukan yang sangat luas. Keluasan studi kependudukan memungkinkan untuk memberikan penjelasan fenomena sosial, budaya, ekonomi, ketahanan, lingkungan fisik yang dihadapi oleh penduduk baik dalam wilayah pedesaan pertanian, pesisir maupun perkotaan.

III.        Kajian Demografi
Setelah diketahui apa pengertian dari demografi, maka perlu diketahui kajian dalam demografi meliputi tentang apa saja. Demografi menekankan pada kajian-kajian sebagai berikut:
1.             Besar atau jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk dalam suatu wilayah
2.             Perubahan-perubahan dari jumlah penduduk, komposisi dan distribusinya.
3.             Komponen-komponen dari perubahan tersebut
4.             Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan komponen-komponen tersebut
5.             Konsekuensi dari perubahan baik jumlah, komposisi ataupun distribusi dalam komponen-komponen tersebut

Kemudian, jika dibedah lebih dalam inti telaah dari demografi adalah : [4]
1.             Kajian kependudukan secara statistika dan matematika menyangkut perubahan penduduk, besar/jumlah, komposisi dan distribusi penduduk melalui 5 komponen demografi yakni fertillitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Bogue, 1976).
2.             Barcley (1981) lebih menekankan pada kajian tentang perilaku penduduk secara keseluruhan buan pada perorangan dengan fokus kajian pada Statistika dan Matematika (Pure Demografi).
3.             Houser and Duncan, lebih menitikberatkan pada dampak yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan penduduk (akses dari persebaran dan komposisi).

IV.        Kajian Kependudukan
Studi kependudukan membutuhkan disiplin ilmu lain seperti: Sosiologi, Psikologi, Sosial-Ekonomi, Ekonomi, dan Geografi. Studi kependudukan  sebagai studi antar bidang memungkinkan untuk dapat beperan memecahkan persoalan pembangunan yang menyangkut penduduk sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan.
Misalnya seperti dalam hal memerlukan disiplin ilmu Ekonomi, masalah-masalah kasus bunuh diri (kematian) yang terjadi di masyarakat dapat dikaji dari sisi Ekonomi. Pelaku bunuh diri tersebut melakukan tindakan tersebut bisa di latarbelakangi karena masalah ekonomi keluarganya yang berada pada garis kemiskinan sehingga ia sudah merasa pasrah dan putus asa terhadap hidupnya.
Kemudian dalam hal memerlukan disiplin ilmu Geografi, masalah kepadatan penduduk di suatu daerah menyebabkan kurangnya lahan kosong untuk tempat tinggal. Sehingga masyarakat membangun tempat tinggal di wilayah yang tidak semestinya untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Misalnya di bantaran sungai, di sepanjang pinggiran rel kereta api, di bawah jalan laying (fly over), dan lain-lain.

V.           Persamaan dan Perbedaan Demografi dengan Kependudukan
Persamaan demografi dengan kependudukan adalah:
1.             Sama-sama mempelajari tentang kependudukan.
2.             Sama-sama mempelajari penduduk sebagai suatu kumpulan (agregates atau collection), bukan mempelajari  penduduk sebagai individu.

Perbedaan antara analisis demografi dan studi kependudukan umpanya telah dilakukan oleh Hauser yang menyatakan bahwa:[5]
1.             Analisis demografi merupakan analisis statistik terhadap jumlah, distribusi, dan komposisi penduduk, serta komponen-komponen variasinya dan perubahan.  Jadi analisis demografi lebih bersifat matematis.
2.             Studi kependudukan mempersoalkan hubungan antara variabel demografi dan variabel dari sistem lain.

VI.        Contoh Kasus
Berdasarkan Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 adalah sebanyak 237. 641. 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118. 320. 256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah pedesaan sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 persen). Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: [6]
1.             Pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk,
2.             Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk,
3.             Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk,
4.             Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk,
5.             Maluku yang luasnya 4,1 persen dihu\ni oleh 1,1 persen penduduk, dan
6.             Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pulau Jawa adalah pulau yang luasnya 6,8 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia. Pulau Jawa dihuni oleh 57,5 persen penduduk. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Jawa terdapat kepadatan penduduk. Karena ibu kota terdapat di Pulau Jawa, penduduk Indonesia sebagian besar melakukan perpindahan tempat tinggal menuju ke Pulau Jawa.
Dampak yang di timbulkan dari ketidakmerataan penduduk diatas antara lain:
Ø  Pengangguran, tidak seimbangnya lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja.
Ø  Kriminalisasi di kota besar, dengan banyaknya pengangguran maka mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan sosial di kalangan massyarakat.
Ø  Berkurangnya daerah resapan air di kota besar, karena padatnya wilayah oleh pemukiman penduduk.
Ø  Dan masih banyak yang lainnya.




























BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan pembahasan yang sudah dikaji, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa demografi dan kependudukan tidak banyak memiliki perbedaan. Bahkan antara keduanya hampir tidak dapat kita bedakan jika kita tidak teliti untuk memahaminya.
Analisis demografi dan kependudukan sama-sama mengkaji tentang penduduk secara keseluruhan. Maksudnya adalah mengkaji penduduk bukan dari sis individunya, tetapi penduduk secara keseluruhan di suatu wilayah atau beberapa wilayah.
Kemudian, kajian analisis demografi lebih bersifat sistematis dan statistik. Perlu perhitungan-perhitungan dalam mengkaji demografi, seperti menghitung jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara. Sedangkan analisis kependudukan lebih menekankan hubungan masalah kependudukan dengan variabel demografi dan variabel non demografi.
Jadi, demografi dan kependudukan memiliki keterkaitan atau hubungan satu sama lain. Hubungan tersebut dalam hal mengkaji penduduk secara menyeluruh. Serta mencari jalan keluar dari masalah yang terjadi di dalam kependudukan.



[1] Santoso Soeroso, Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan di Indonesia  (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), hal. 2.
[2] http://www.ketut.web.id/2009/11/pengertian-demografi.html. Di akses tanggal 20 Maret 2012, pukul 01.12 WIB
[3] Widyago. Pengertian Kependudukan. http://widyago.wordpress.com/2011/04/03/pengertian-kependudukan/. Diakses tanggal 20 Maret 2013, pukul 01.29 WIB
[4]Dasar-Dasar Kependudukan. http://tuloe.wordpress.com/2009/06/20/dasar-dasar-ilmu kependudukan/. Diakses tanggal 20 Maret 2012, pukul 20.08 WIB
[5] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan (Jakarta: LP3ES, 2012), hal. 2.
[6] http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/index. Diakses tanggal 22 Maret 2013, pukul 11.17 WIB

Masalah Kependudukan dan Penanggulangan Lingkup Indonesia dan Dunia



Pengertian Masalah Kependudukan


            Pengertian “Penduduk” secara umum adalah masyarakat yang tinggal atau mendiami suatu wilayah tertentu. Dan dalam sosiologi sendiri, penduduk merupakan kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Jadi dapat Masalah Kependudukan dapat diartikan sebagai berbagai persoalan yang menyangkut masyarakat dalam ruang lingkup yang luas.
Masalah Kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial, karena masalah itu terjadi di lingkungan sosial atau masyakarat. Masalah tersebut bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, baik di negara maju maupun negara Indonesia yang sedang berkembang ini. Masalah kependudukan terjadi karena perkembangan penduduk yang tidak seimbang. Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tidaklah sama, hal ini disebabkan perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam dimana masyarakat itu hidup. Masalah-maslah tersebut dapat berupa masalah sosial, moral, politik, ekonomi, agama dll.

Permasalahan Kependudukan yang terjadi di Dunia dan Indonesia


            Terdapat 2 jenis masalah kependudukan menurut sifatnya, yakni Kuantitatif dan Kualitatif
1.      Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a.       Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
·         Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
·         Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
·         Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
·         Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
b.      Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
·         Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
·         Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
·         Persebaran Penduduk Tidak Merata
c.       Persebaran Penduduk Yang Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
2.      Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif
a.        Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan melihat:
·         Angka Kematian
·         Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi  dapat menikmati kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan.
b.        Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan  berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh pemerintah membawa dampak positif yang  signifikan  terhadap kesejahteraan penduduk.
c.        Tingkat Kemakmuran yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam. Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?

Dampak-dampak Masalah Kependudukan

            Dari semua masalah kependudukan yang dipaparkan diatas, terdapat banyak sekali dampak negatif yang dihasilkan, diantaranya:
1.      Rendahnya tingkat kualitas SDM
Rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak besar pada kualitas sumber daya manusia suatu Negara. Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek, penduduk adalah sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku pembangunan. Peranan penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana potensi dan tantangan pembangunan di Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini merupakan suatu potensi. Masalahnya adalah  sanggupkah penduduk Indonesia mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu? 
Fakta menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan bantuan (assistance)  perusahaan asing. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk Indonesia ditunjukkan dengan GDP perkapita  yang relatif rendah. Kualitas sumber daya manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara terperinci faktor kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:
Rendahnya kualitas SDM penduduk Indonesia
Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan?
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Penduduk merupakan potensi sekaligus beban pembangunan. Penduduk yang berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan. Sedangkan penduduk dengan kualitas rendah (non produktif) merupakan beban pembangunan. Pertumbuhan penduduk bagi suatu negara dapat menjadi kekuatan sekaligus beban. Ini tergantung bagaimana kualitas penduduknya. Bagi Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan beban pembangunan. Mengapa? Jumlah penduduk Indonesi saat ini sudah cukup besar. Tetapi kualitas hidupnya (kemakmurannya) masih rendah.  Apabila pertumbuhan penduduk masih tetap tinggi, maka kualitas hidup (kemakmuran) akan semakin menurun.
2.      Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang besar dan nditambah dengan angka pertumbuhan penduduk yang pesat membuat banyak Negara khususnya Negara berkembang di dunia mengalami kepadatan penduduk yang berlebihan. Kepadatan penduduk atau Density adalah jumlah rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah administrative tertentu biasanya dinyatakan dalam jiwa/Km2.
Kepadatan penduduk ini terjadi karena tidak seimbangnya jumlah penduduk yang mendiami wilayah tertentu dengan wilayah yang didiami. Jumalh penduduk yang terus menunjukkan peningkatan tidak dibarengi dengan luas wilayah suatu tempat yang tetap. Sehingga ini menyebabkan jumlah penduduk yang ada diwilayah tertentu melebihi jumlah ideal penduduk yang seharusnya tinggal diwilayah tersebut.
Selain itu, kepadatan penduduk yang biasanya terjadi di kota-kota besar terus mengalami peningkatan dengan adanya urbanisasi yang dilakukan secara berlebihan. Banyaknya para urban yang berpindah dari desa ke kota dengan tujuan mencari lapangan pekerjaan di kota membuat kepadatan penduduk yang ada semakin menjadi-jadi. Sehingga dengan tidak adanya lahan untuk mereka tinggal, biasanya mereka mendirikan perumahan-perumahan kumuh didaerah-daerah yang dilarang untuk mendirikan bangunan seperti dibantaran kali dan sebagainya. Dengan begitu, dampak yang dihasilkan akan terus melebar dan melebar lagi.
3.      Kemiskinan
Dampak dari kepadatan penduduk, tidak hanya berhenti disitu. Dari dampak yang ada, dampak yang baru akan kembali dihasilkan. Para urban yang tidak mendapat lahan tempat tinggal dan juga lahan pekerjaan seperti yang mereka harapkan, mulai mempertahankan hidup mereka dikota dengan segala kemampuan mereka seperti memanfaatkan lahan terlarang untuk mendirikan rumah-rumah kumuh sebagai tempat mereka tinggal. Dengan tidak adanya pekerjaan mereka bekerja serabutan seperti mengamen, meminta-minta dijalan dan sebagainya hingga timbullah kemiskinan.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·         Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·         Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·         Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
4.      Kriminalitas
Kemiskinan yang terjadi dikota dan terus meningkatnya taraf hidup dikota, membuat setiap orang berusaha mempertahankan hidupnya walaupun hanya sekedar untuk makan. Berbagai kebutuhan hidup yang terus menekan dan keadaan financial mereka yang tidak seimbang mulai memaksa mereka untuk melakukan hal apa saja demi mendapatkan rupiah hinggal lahirlah tindak kriminalitas.
Kriminalitas merupakan segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.
Tindak kriminalitas memang sudah merajalela di kota-kota besar. Sebagian besar dari mereka berasal dari masyarakat yang kurang  mampu dan tidak mempunyai pekerjaan. Adanya tindak kriminalitas menandakan bahwa memang sebenarnya dampak yang dihasilkan merupakan dampak yang serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pemerintah. Karena sudah membahayakan masyarakat luas serta keamanan Negara.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kependudukan

            Terdapat beberapa solusi yang bisa digunakan sebagai upaya pencegahan atas masalah kependudukan, diantaranya:
1.      Melaksanakan program KB (2 anak lebih baik)
2.      Menunda pernikahan dini
3.      Meratakan pertumbuhan penduduk
Dari solusi tersebut, penulis berharap Pertumbuhan Penduduk di negara Indonesia bisa lebih stabil dan hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Indonesia dengan jumlah penduduknya kira-kira 185 juta, termasuk negara-negara yang paling banyak jumlah penduduknya. Karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan jumlah penduduk ini penting sekali di Indonesia. Kalau di masa depan jumlah ini mau jadi lebih banyak lagi, pasti ada lebih banyak masalah sosial lagi. Pemerintah Indonesia sudah mengambil dua macam tindakan untuk mencegah masalah sosial ini. Yang pertama adalah program KB atau Keluarga Berencana dan yang kedua adalah program transmigrasi. Kedua program ini sudah lama dapat banyak kritik, dari dalam negeri dan dari luar negeri.
Berikut kekurangan dan kelebihan dari masing-masing program :
1. Program Transmigrasi
Program transmigrasi adalah program nasional untuk memindahkan kelompok penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain. Misalnya, kalau ada tempat di mana ada terlalu banyak penduduk, di sana pasti ada banyak masalah, seperti masalah kesehatan, masalah tanah, dan masalah sosial yan lain. Untuk mencegah masalah itu, pemerintah coba memindahkan penduduk dari tempat-tempat seperti itu ke tempat yang lain di mana jumlah penduduknya sedikit. Jadi dulu, penduduk Jawa, Madura dan Bali sudah dipindahkan ke Irian Jaya, Sumatra, dan Kalimantan.
Kami rasa program transmigrasi ini sudah banyak menolong penduduk Indonesia. Peserta program transmigrasi diberi sebuah rumah, alat-alat untuk bertani dan sedikit uang. Ada sekolah dan puskesmas. Setelah dipindahkan, kehidupan mereka lebih baik daripada dulu.
Program ini dapat banyak kritik. Kritik yang pertama adalah mengenai hutan yang menghilang karena transmigran. Mereka menebang pohon-pohon untuk mempersiapkan ladang mereka. Kemudian, dulu ada kelompok transmigran di Kalimantan yang tidak diberi fasilitas untuk bertani. Jadi, mereka tidak bisa berdikari (yaitu: “BERDIri di atas KAkinya sendiRI”). Juga ada masalah kehilangan tempat tinggal orang setempat seperti orang Kubu di Sumatra dan orang Dayak di Kalimantan. Tanah mereka diambil orang transmigran yang baru. Menurut saya, masalah-masalah ini dibesarkan dengan sengaja. Program transmigrasi memang berhasil. Sudah 3.6 juta orang dipindahkan dalam program ini, dan kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik daripada dulu.
2. Program Keluarga Berencana
Dalam program Keluarga Berencana (“Dua Anak Cukup!”), suami-istri diberi informasi dan alat/obat kontrasepsi. Dengan ini, pemerintah mencoba untuk mencegah kelahiran terlalu banyak anak. Kritik atas program ini adalah kritik mengenai obat kontrasepsi yang bernama “Norplant”. Perempuan yang pakai Norplant itu tidak bisa beranak lagi untuk selamanya. Dan ada juga orang yang bilang bahwa perempuan dipaksa untuk pakai Norplant ini (Norplant ada sebuah obat yang disuntikkan di bawah kulit).
Kami berpendapat bahwa kedua program ini, yaitu transmigrasi dan Keluarga Berencana, memang sudah berhasil. Sekarang di Indonesia, jumlah anak yang lahir setiap tahun sudah menurun. Kalau Indonesia mau mencegah masalah yang berkaitan dengan jumlah penduduk, saya rasa pemerintah harus meneruskan kedua program ini.
Selain itu, terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
1.      Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB)
2.      Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
a.       Program Transmigrasi
b.      Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
3.      Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
a.       Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b.      Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
4.      Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a.       Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di Indonesia.
b.      Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c.       Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik pemerintah
d.      Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e.       Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga- lembaga pemerintah
5.      Tingkat  pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a.       Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
b.      Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja.
c.       Penyederhanaan birokrasi dalam   perizinan usaha. Pembangunan/menyediakan fasilitas umum (jalan, telepon) sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi.

Contoh Masalah Kependudukan di Indonesia

Born In This World